Angka kematian ibu hamil di Indonesia tertinggi di wilayah Asia Tenggara. Ketidakseimbangan nutrisi pada masa kehamilan, kurangnya edukasi nutrisi, sampai tingkat perekonomian yang rendah dipandang sebagai penyebabnya.
Sampai saat ini, kesehatan ibu hamil masih menjadi masalah kompleks. Untuk itulah, kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil ini menjadi salah satu target Millenium Development Goals (MDGs). Kondisi kesehatan ibu hamil juga menjadi fokus perhatian Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs dalam empat tahun ke depan.
“Bersamaan dengan masalah kemiskinan, gizi, serta akses terhadap air bersih,” kata Diah Saminarsih selaku Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs.
Diah menuturkan, isu kesehatan ibu hamil dan bayi di Indonesia menjadi salah satu yang terburuk di ASEAN. Data Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada 2010 mencatat, angka kematian ibu hamil di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Dengan jumlah menembus angka 228 dari 100.000 kelahiran hidup Ada 13 provinsi yang memiliki angka kematian ibu amat tinggi, di antaranya Papua dan Nusa Tenggara Timur.
“Penyebab tertinggi kematian ibu hamil ini adalah karena perdarahan, disusul dengan usia pernikahan dini, dan jarak kelahiran yang dekat,” ujar Diah. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, masih banyak ditemukan pernikahan di usia 10–14 tahun. Dilanjutkan Diah, adapun penyebab kematian bayi baru lahir dikarenakan bayi biru saat lahir (asfiksia), infeksi, dan komplikasi bayi muda/kecil.
Kurangnya pengetahuan ibu akan makanan yang bergizi bagi diri maupun bayinya, serta kurangnya asupan nutrisi yang diperlukan saat masa kehamilan, menjadi salah satu faktor penyebab masalah kesehatan ini. Ya, hingga saat ini tidak sedikit ibu hamil yang memandang sepele masalah kesehatannya dan bayi dalam kandungannya.
“Banyak ibu hamil yang tidak sadar punya isu nutrisi. Penampilan memang bisa menipu, kelihatannya sehat, padahal kalau dicek darah kurang zinc, kalsium, dan sebaginya,” tutur dr Damar Prasmusinto, SpOG(K) dari Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM ini.
Padahal, gizi yang buruk pada saat persiapan kehamilan dan masa kehamilan dapat memengaruhi tumbuh kembang janin. Dampaknya pun buruk bagi kesehatan janin di masa depan.
Beberapa masalah kesehatan pada ibu hamil ini, meliputi anemia setelah melahirkan, pertambahan berat badan rendah, dan kekurangan energi kronis (KEK). “Perlu diingat, anemia dan KEK pada ibu hamil memiliki dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan,” kata Damar.
Antara lain meningkatkan risiko gangguan pernapasan, berat badan lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur, sampai kematian ibu dan bayi. Untuk alasan itu, Damar menyarankan agar setiap pasangan yang sedang merencanakan kehamilan mempersiapkannya dengan baik, terutama dalam status nutrisinya.
Saat hamil, kondisi fisiologis ibu berubah, seperti sel-sel darah merahnya bertambah, jumlah plasma meningkat, serta berkembangnya janin dan plasenta. Pembentukan organ-organ penting janin, terutama terjadi pada trisemester pertama. Pada periode ini, sel sel otak terbentuk dengan cepat, mencapai 250.000 sel per menit. Bila ada gangguan gizi, maka akan kehilangan pula selsel otak si bayi.
Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk menjamin kesehatan ibu dan janin. Menurut Damar, saat hamil, seorang ibu memerlukan tambahan asupan kalori, protein, kalsium, zat besi, seng, vitamin B, serta vitamin dan mineral lainnya.
“Banyak ibu hamil yang tidak sadar punya isu nutrisi. Penampilan memang bisa menipu, kelihatannya sehat, padahal kalau dicek darah kurang zinc, kalsium, dan sebaginya,” tutur dr Damar Prasmusinto, SpOG(K) dari Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM ini.
Padahal, gizi yang buruk pada saat persiapan kehamilan dan masa kehamilan dapat memengaruhi tumbuh kembang janin. Dampaknya pun buruk bagi kesehatan janin di masa depan.
Beberapa masalah kesehatan pada ibu hamil ini, meliputi anemia setelah melahirkan, pertambahan berat badan rendah, dan kekurangan energi kronis (KEK). “Perlu diingat, anemia dan KEK pada ibu hamil memiliki dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan,” kata Damar.
Antara lain meningkatkan risiko gangguan pernapasan, berat badan lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur, sampai kematian ibu dan bayi. Untuk alasan itu, Damar menyarankan agar setiap pasangan yang sedang merencanakan kehamilan mempersiapkannya dengan baik, terutama dalam status nutrisinya.
Saat hamil, kondisi fisiologis ibu berubah, seperti sel-sel darah merahnya bertambah, jumlah plasma meningkat, serta berkembangnya janin dan plasenta. Pembentukan organ-organ penting janin, terutama terjadi pada trisemester pertama. Pada periode ini, sel sel otak terbentuk dengan cepat, mencapai 250.000 sel per menit. Bila ada gangguan gizi, maka akan kehilangan pula selsel otak si bayi.
Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk menjamin kesehatan ibu dan janin. Menurut Damar, saat hamil, seorang ibu memerlukan tambahan asupan kalori, protein, kalsium, zat besi, seng, vitamin B, serta vitamin dan mineral lainnya.
sumber : http://health.okezone.com/read/2012/02/03/483/568748/redirect
0 Comment "Ibu Hamil diharapkan Lebih Bisa Sadar Gizi"
Posting Komentar