Formalin suatu senyawa kimia organik yang selama ini hanya dikenal dikalangan dunia kedokteran dan penggunaannya di laboratorium, menjadi sangat terkenal di kalangan seluruh anggota masyarakat awam.
Formalin yang selama ini hanya dikenal sebagai bahan pengawet mayat ataupun pengawet binatang percobaan di laboratorium. Ternyata juga dipergunakan sebagai bahan pengawet untuk berbagai jenis bahan makanan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat.
Kehebohan ini berawal dari penemuan Badan POM, yang mengadakan pengujian laboratorium terhadap sejumlah contoh bahan makanan, seperti mie basah, tahu, ikan basah dan ikan kering. Pengujian laboratorium terhadap bahan formalin dalam bahan makanan tersebut dilakukan secara acak di Jakarta, Lampung, Bandung, Semarang, Jogyakarta, Surabaya, Mataram dan Makassar.
Hasilnya cukup mengejutkan, dimana tim penguji Laboratorium ini menemukan kadar formalin yang berlebihan pada sebagian besar contoh bahan makanan yang diperiksa. Sebanyak 77,8 persen tahu di Jakarta mengandung formalin dan 52,6 persen ditemukan dalam ikan. Rata - rata di semua daerah. untuk mie basah mengandung formalin tinggi di atas 60 persen, kecuali di Makassar yang hanya 6,45persen. Penemuan adanya formalin dalam berbagai jenis bahan makanan yang erat sekali dengan konsumsi masyarakat banyak, apalagi disebutkan bahwa bahan formalin tersebut bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk penyakit kanker, jelas menimbulkan kegelisahan di kalangan masyarakat secara umum.
Masyarakat tentunya kemudian menghindarkan diri dari mengkonsumsi mie basah, tahu, ikan segar ataupun ikan asin, disebabkan kekuatiran mereka terhadap bahan formalin dalam makanan tersebut. Akhirnya yang menanggungkan akibat isu ini tentunya para pedagang kecil, pembuat tahu, pembuat mie basah, dan para nelayan yang memproduksi ikan segar ataupun ikan asin. Produksi mereka menurun drastis yang menyebabkan pabrik mereka bangkrut, yang mau tak mau meningkatkan jumlah pengangguran. Demikian juga halnya dengan para pedagang kecil penjual mie rebus atau mie goreng, penjual bakso keliling, penjual tahu goreng, penjual ikan basah dan ikan kering, yang ke semuanya merupakan pedagang kecil dan sederhana, menerima dampak yang sangat menyakitkan.
Wajar saja kalau kemudian banyak pedagang kecil ini, penjual mie rebus, mie goreng, pedagang bakso, ikan asin dan sebagainya, berdemontrasi agar pemerintah memperhatikan nasib mereka. Belakangan para pedagang kecil ini dengan beberapa kepala daerah tingkat kabupaten, kotamadya ataupun propinsi di seluruh Indonesia, mengadakan acara makan bersama dengan anggota masyarakat, menyantap mie rebus ataupun bakso yang menunjukkan bahwa bahan - bahan tersebut sudah bebas dari formalin.
Tulisan kali ini mencoba memberikan gambaran tentang formalin tersebut, sifat kimianya, penggunaan dan bahayanya bagi kesehatan, bahan pengganti formalin, serta hal lainnya yang berkaitan dengan bahan kimia yang satu ini.
Formalin, Ketahui Sifat Kimia nya...
Formalin yang merupakan suatu zat kimia organik, merupakan campuran dari 37 bagian formaldehida dan 63 bagian air, serta ditambahkan sedikit methanol agar larutan menjadi stabil. Formaldehida ini juga dikenal sebagai metanal atau metal aldehida, dengan rumus kimia CH2O. Formaldehida inilah yang merupakan zat aktip yang membuat formalin sebagai bahan baku pabrik plastik, senyawa busa, bahan desinfektan ataupun insektisida, dipakai pada industri kayu lapis, bahan perabotan dari kayu, kertas film, shampoo, deodorant, cat kuku ataupun tekstil.
Sifat desinfektannya yang dapat membunuh kuman cukup tinggi, sehingga bisa mencegah terjadinya pembusukan dan dipakai sebagai bahan pengawet. Karena sifat-sifatnya inilah disamping sebagai bahan pengawet jenazah atau binatang percobaan, formalin juga dipakai sebagai bahan lem untuk alat - alat rumah tangga, lemari atau meja dan kursi. Mobil juga mengandung bahan formalin ini, misalnya pada bodi mobil, bumper mobil, sistem transmisi, blok mesin, panel pintu dan sebagainya.
Bahan tinta ataupun bahan pakaian, juga mengandung formalin, sehingga warna pakaian tidak cepat pudar dan menjadi tahan lebih lama. Formalin juga dipakai dalam proses penyamakan kulit atau juga dalam peralatan untuk makan yang terbuat dari melamin. Formaldehida yang merupakan bahan dasar dari formalin ini ditemukan pertama kali oleh seorang ahli kimia Rusia, Alexander Mikhaelovich Butlerov pada tahun 1859.
Formaldehida yang diketemukan secara tidak sengaja ini, dialam didapatkan dalam bentuk gas yang dihasilkan dari pembakaran senyawa karbon yang tidak sempurna. Gas ini biasa didapat dalam asap yang timbul akibat kebakaran hutan, asap knalpol mobil hingga asap rokok. Gas formaldehida ini juga didapat diudara, karena reaksi antara sinar matahari, oksigen, metana dan hidrokarbon yang lainnya.
Seorang ahli kimia Jerman, August Wilhelm Hoffmann, sekitar tahun 1868 mengolah formaldehida menjadi formalin. Dia mencampurkan methanol, sehingga gas formaldehida ini bias dilarutkan dalam air. Komposisi 37 persen formaldehida dalam air inilah yang kemudian dikenal dan diperjual belikan sebagai larutan formalin.
Kegunaan dan Bahaya Formalin
Formalin atau formaldehida bisa memusnahkan sel jaringan hidup dan memusnahkan kuman-kuman yang menyusup ke dalam sel serta mengeringkannya dan menggantinya dengan bahan berupa jel yang kaku. Sifat merusak dari formalin ini terletak pada gugus C=O atau karbonil. Gugus inilah yang bereaksi dengan amina dari protein dari bahan makanan yang menghasilkan metamin atau heksametilen tetraamina.
Formaldehida ini juga bereaksi dengan DNA atau RNA sehingga data informasi genetika akan kacau, yang menyebabkan munculnya periyakit-penyakit genetik.
Formaldehida yang terdapat dalam formalin sangat beracun dan bisa menyebabkan iritasi dari selaput lendir pada saluran pernafasan bagian atas, mata dan juga kulit. Iritasi pada selaput lendir bagian atas dapat menimbulkan luka pada rongga hidung sampai tenggorokan, termasuk selaput lendir saluran nafas yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit pada paru-paru
Iritasi pada mata akan menyebabkan selaput lendir mata menjadi merah dengan rasa gatal, rasa sakit, banyak keluar air mata dan penglihatan menjadi kabur. Kalau kadar formalin lebih tinggi dapat merusak mata secara keseluruhan.
Iritasi pada kulit secara langsung dapat menimbulkan perubahan warna kitlit, kulit menjadi keras dan bisa juga timbul mati rasa.
Tertelannya larutan formalin bisa melukai dinding bagian dalam saluran pencernaan bagian atas atau esofagus dan lambung. Kalau kadar formalin ini lebih besar bisa menyebabkan rasa sakit perut, muntah-mencret, sakit kepala dan suhu tubuh menurun.
Disamping itu semua formalin ini juga bisa menyebabkan reaksi alergi, kerusakan pada ginjal, kerusakan gen, mutasi gen, dan juga bersifat karsinogenik (diduga merupakan penyebab dari penyakit kanker). Beberapa organisasi dunia seperti IARC (International Agency for Research on Cancer), menggolongkan formalin sebagai karsinogen tingkat Bl, artinya sangat mungkin menyebabkan kanker pada manusia.
Formalin atau formaldehida itu memang merupakan racun yang keras, karenanya pada botol atau wadah lainnya yang menyimpan formalin ini harus diberi label dengan gambar tengkorak.
Walaupun disebutkan bahwa formalin yang sudah bereaksi dengan protein dari bahan makanan, sifat racunnya menjadi hilang, jadi artinya formalin tersebut menjadi tidak beracun lagi. Makanan yang berformalin akan beracun hanya jika didalam bahan makanan tersebut ada didapati sisa formalin yang bebas, yang tidak terikat dengan protein. Untuk menghindari risiko akibat formalin ini, lebih baik kita tidak mempergunakan formalin untuk bahan pengawet makanan.
Formalin, Pengawet Makanan
Bahan makanan, apakah itu sayur-sayuran, buah-buahan ataupun telur, daging dan ikan, sekarang ini selalu diawetkan agar bisa disimpan lebih lama sebelum dipergunakan. Para pedagang dan ibu rumah tangga, sekarang jarang berbelanja setiap hari, mereka selalu berusaha agar bahan makanan yang mereka jual ataupun yang dikonsumsi untuk keluarganya, bisa disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum diolah. Karena itu diperlukan berbagai cara agar bahan makanan tersebut bisa tahan disimpan lebih lama dan agar bisa lebih awet, tanpa merusaknya sama sekali.
Pengawetan bahan makanan tersebut dapat digolongkan atas :
1. Pengawetan secara alami, misalnya dengan memasak makanan dengan pemanasan, dengan pendinginan, pembekuan, pengalengan ataupun pengeringan.
Dengan pengawetan secara alamiah ini, diharapkan pertumbuhan bakteri pada bahan makanan akan terhambat ataupun mencegah proses oksidasi
2. Pengawetan secara biologis, misalnya secara fermentasi.
3. Pengawetan makanan dengan pemakaian bahan-bahan kimiawi yang ditambahkan berupa bahan tambahan makanan (BTM) atau food-additives.
BTM ini bisa merupakan bahan-bahan tambahan, seperti vitamin atau asam-asam amino esensial, bahan pewarna makanan, bahan yang memberikan rasa tertentu dan juga bahan-bahan pengawet, sehingga makanan bisa disimpan lebih lama.
Cukup banyak bahan-bahan tambahan makanan ini yang dibolehkan untuk dipergunakan, seperti asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, kalium benzoat, kalium propionat, natrium benzoat, natrium bisulfit, natrium propionat dan lain sebagainya.
Sedangkan berbagai jenis bahan pengawet yang boleh ditambahkan ke dalam bahan makanan, antara lain : garam, gula, asam sorbat, asam sitrat, natrium benzoat, asam asetat, garam nitrat dan garam nitrit. Semua bahan tambahan makanan ini mempunyai batas maksimum penggunaannya dalam bahan makanan tertentu, seperti misalnya asam askorbat dapat ditambahkan ke dalam tepung atau ikan dengan batas maksimum masing-masing 200 mg/kg tepung atau 1000 mg/kg ikan. Kalium nitrat untuk daging dan hasil olahannya maksimum 500 mg/kg, sedangkan asam benzoate untuk sirup, sari buah dan saus tomat dengan batas maksimum 1000 mg/kg, dan lain sebagainya.
Adapun BTM yang dilarang dipergunakan dalam bahan makanan sesuai dengan peraturan Menkes No.: 11 68/Menkes/1991 , disamping formalin sendiri, juga asam borat, asam salisilat, kalium khlorat, nitrofurazon, kalium bromat dan lainnya.
Barangkali ada baiknya pula kita mencoba mengenali bahan makanan yang dibubuhi formalin sebagai bahan pengawetnya. Tahu yang dibubuhi formalin akan lebih kenyal dan tidak mudah hancur, juga lebih awet dengan bau yang menyengat.
Ikan basah yang berformalin akan kelihatan warna kulit dan matanya menjadi pucat dan pudar, permukaan dari tubuh ikan ini kelihatan agak kering tanpa lendir. Ikan juga lebih kaku dan agak keras dengan bau yang menyengat menusuk hidung.
Sedangkan ikan asin yang diawetkan dengan formalin, warnanya lebih bersih dan lebih cerah dan tidak mudah hancur atau rusak. Lagipula ikan asin yang berformalin ini tidak lagi mempunyai bau yang khas dari ikan asin secara umum.
Mie basah berformalin kelihatan sangat berminyak dengan bau yang menyengat. Mie basah berformalin lebih awet dan lebih tahan lama. Sedangkan ayam atau unggas lainnya yang diawetkan dengan formalin kelihatan lebih kaku dan tidak ada lalat yang mau hinggap.
Pengganti Formalin... Hidup Alami
Seperti disebutkan untuk menghindari risiko kesehatan kita akibat formalin ini yang didapati dalam bahan makanan, lebih rasanya kita tidak mempergunakan formalin tersebut sebagai bahan pengawet makanan apapun. Sejak dulu sebenarnya ada beberapa cara sederhana untuk mengawetkan bahan makanan tersebut, agar dia dapat disimpan lebih lama.
Cara pengawetan alami itu antara lain dengan pemanasan, termasuk dengan pemanggangan, perebusan, penggorengan, pasteurisasi dan sterilisasi.Cara pendinginan juga termasuk cara memperpanjang daya simpan makanan, agar tahan lebih lama, dengan menyimpannya dalam lemari pendingin/lemari es. Dengan cara pendinginan dalam lemari es ini, misalnya telur yang utuh bisa tahan sampai 3 minggu, sedangkan telur yang sudah dimasak tahan sampai 1 minggu.
Daging sapi dan kambing bila didinginkan bisa tahan sampai 3-5 hari, bahkan kalau didinginkan sampai beku, bisa tahan 6-12 bulan. Ikan segar dengan pendinginan tahan 5-20 hari dan kalau dibekukan bisa tahan sampai 6-10 bulan. Produk unggas, semisal ayam yang utuh bila didinginkan di dalam lemari es, bisa tahan 1-2 hari, tetapi bila dibekukan daya tahannya bisa 8-10 bulan.
Mentega bisa bertahan sampai 2 bulan bila didinginkan dan akan tahan sampai 1 tahun bila dibekukan. Es krim bila dibekukan bisa bertahan sampai beberapa bulan, sedangkan roti tahan sampai beberapa minggu. Bahan sayuran yang didinginkan tahan sampai 15 - 20 hari, sedangkan buah-buahan segar bisa sampai 180 hari.
Tahu bisa bertahan sampai 4 hari bila direbus atau direndam dalam air masak. Kalau disimpan dengan dibungkus dalam lemari es, tahu bisa tahan sampai 8 hari. Ikan asin bisa lebih awet jika dimasukkan kedalam kantong plastik yang kedap udara atau disimpan ditempat yang kering, sejuk dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Sebenarnya ada beberapa bahan alami yang lain yang dapat dipakai sebagai pengawet makanan, yang juga bersifat sebagai antimikroba, seperti kunyit, bawang putih, jahe, temu lawak, lengkuas dan sebagainya. Bahan-bahan alami ini sudah dipakai sejak dahulu oleh para ibu rumah tangga, bukan saja untuk mengawetkan makanan tetapi juga untuk membuat rasanya lebih enak dan lebih menarik.
Para peneliti dan tenaga ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB), telah meneliti dan menghasilkan suatu bahan yang disebut sebagai Chitosan yang dapat dipergunakan sebagai pengganti formalin untuk mengawetkan bahan makanan. Chitosan ini dibuat dari kulit kepiting rajungan dan kulit udang yang mengandung chitin., yang nantinya berupa cairan kental ataupun tepung sesudah diolah dengan cara tertentu.
Untuk mengawetkan ikan misalnya, ikan tersebut cukup dicelupkan saja kedalam larutan chitosan ini, lalu dijemur. Selain dipakai untuk mengawetkan ikan asin, chitosan ini juga dapat dipakai untuk memperpanjang daya tahan tahu, bakso, mi dan ikan basah.
Lain lagi para peneliti dari Fakultas Tehnologi Pertanian Gajah Mada, Yogyakarta yang mempergunakan asap cair (liquid smoke), sebagai bahan pengawet untuk menggantikan formalin. Asap cair ini dikatakan bisa mengawetkan bahan makanan tertentu sampai 25 hari.
Asap cair tersebut diperoleh dari pembakaran batok kelapa atau ranting kayu kering, yang kemudian melalui suatu proses tertentu asap tersebut dicairkan. Setiap 1 kg batok kelapa atau ranting kayu bisa menghasilkan sekitar 0,5 liter asap cair.
Oleh: dr. Syamsul Bihar
source : www.analisadaily.com
0 Comment "Ancaman Bahaya Formalin Terhadap Kesehatan Kita"
Posting Komentar