Kementerian Kesehatan mencanangkan kampanye imunisasi campak dan polio tambahan tahap ke-2 tahun 2010 bagi 11 provinsi di Indonesia, pencanangan secara nasional ini dilaksanakan di Jakarta, Selasa (12/10).
Pencanangan tersebut ditandai dengan melakukan video conference antara Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dengan Gubernur Sumatera Barat beserta Wakil Gubernur Kepulauan Riau.
Dalam arahannya, Menkes menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan di Indonesia telah ditetapkan dalam beberapa sasaran, yang selanjutnya dimasukkan ke dalam target Millenium Development Goals (MDGs).
Salah satu target itu adalah dalam pengendalian penyakit menular dan yang tidak kalah pentingnya dan menjadi perhatian dunia internasional yakni penurunan angka kematian bayi dan balita.
Dewasa ini angka kelahiran hidup untuk bayi, sudah mencapai 34/1000 dan untuk kematian balita sebesar 44/1000 kelahiran hidup, sementara dalam target MDGs 2015 angka kematian bayi ditargetkan turun menjadi 23/1000 sedangkan angka kematian balita menjadi 32/1000 kelahiran hidup.
Menkes mengemukakan, salah satu penyebab masih tingginya angka kematian bayi dan balita, disebabkan oleh penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi yang merupakan salah satu upaya efektif untuk menekan angka kesakitan bayi dan balita yang sebesar 5%.
“Upaya imunisasi ini akan efektif jika cakupannya optimal, di tahun 2002 terjadi kasus kematian 777.000 anak di seluruh dunia, dan 30.000 diantaranya ada di Indonesia,” katanya.
Di Indonesia, program imunisasi rutin campak sudah dimulai sejak 1984, pada awal pelaksanaannya cakupan imunisasi campak hanya sekitar 12,7% dan terus meningkat, pada 2004 telah menjadi 91,8%.
Tetapi dengan efikasi vaksin campak yang hanya 85% di 2006, maka cakupan anak yang terlindungi dari penyakit campak sebesar 88,4%. Jumlah tersebut artinya hanya dapat melindungi sekitar 64% bayi, adapun sisanya sebesar 36% masuk kedalam kelompok rentan campak. “Karena jumlah bayi di Indonesia besar maka 36% itu artinya sekitar 1.710.589 anak,” katanya.
Kelompok rentan ini dikhawatirkan terus terakumulasi setiap tahun. Pada 2006/2008 saja mencapai 5 juta anak lebih. Hal ini kata dia, dapat beresiko pada kejadian luar biasa (KLB) campak, oleh karena itu menurut Menkes, diperlukan suatu integrasi imunisasi campak tambahan pada balita seperti yang dilakukan saat ini.
“Masalah ini akan terus berulang jika cakupan imunisasi rutin tidak dilakukan merata secara berkelanjutan, kajian sama juga dilakukan pada kasus Polio maka kampanye kedua imunisasi ini harus dilakukan bersamaan,” katanya.
Pelaksanan kampanye campak dan polio dilakukan bertahap sejak 2009 di tiga provinsi, yakni Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Maluku Utara, sementara tahun 2010 akan dilaksanakan di 11 provinsi meliputi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan Banten.
Sedangkan pada tahap ketiga (2011) akan dilaksanakan di seluruh provinsi di Kalimantan dan Sulawesi, Papua, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dalam kesempatan video conference tersebut, Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih juga minta pemerintah daerah di 11 provinsi tersebut untuk dapat menggerakkan jajarannya, dinas kesehatan setempat, kader dan seluruh komponen masyarakat untuk memberikan pelayanan imunisasi campak dan polio minimal 95%. Sementara untuk balita yang termarginalkan di daerah terpencil diminta agar diberikan perhatian khusus.
Dalam arahannya, Menkes menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan di Indonesia telah ditetapkan dalam beberapa sasaran, yang selanjutnya dimasukkan ke dalam target Millenium Development Goals (MDGs).
Salah satu target itu adalah dalam pengendalian penyakit menular dan yang tidak kalah pentingnya dan menjadi perhatian dunia internasional yakni penurunan angka kematian bayi dan balita.
Dewasa ini angka kelahiran hidup untuk bayi, sudah mencapai 34/1000 dan untuk kematian balita sebesar 44/1000 kelahiran hidup, sementara dalam target MDGs 2015 angka kematian bayi ditargetkan turun menjadi 23/1000 sedangkan angka kematian balita menjadi 32/1000 kelahiran hidup.
Menkes mengemukakan, salah satu penyebab masih tingginya angka kematian bayi dan balita, disebabkan oleh penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi yang merupakan salah satu upaya efektif untuk menekan angka kesakitan bayi dan balita yang sebesar 5%.
“Upaya imunisasi ini akan efektif jika cakupannya optimal, di tahun 2002 terjadi kasus kematian 777.000 anak di seluruh dunia, dan 30.000 diantaranya ada di Indonesia,” katanya.
Di Indonesia, program imunisasi rutin campak sudah dimulai sejak 1984, pada awal pelaksanaannya cakupan imunisasi campak hanya sekitar 12,7% dan terus meningkat, pada 2004 telah menjadi 91,8%.
Tetapi dengan efikasi vaksin campak yang hanya 85% di 2006, maka cakupan anak yang terlindungi dari penyakit campak sebesar 88,4%. Jumlah tersebut artinya hanya dapat melindungi sekitar 64% bayi, adapun sisanya sebesar 36% masuk kedalam kelompok rentan campak. “Karena jumlah bayi di Indonesia besar maka 36% itu artinya sekitar 1.710.589 anak,” katanya.
Kelompok rentan ini dikhawatirkan terus terakumulasi setiap tahun. Pada 2006/2008 saja mencapai 5 juta anak lebih. Hal ini kata dia, dapat beresiko pada kejadian luar biasa (KLB) campak, oleh karena itu menurut Menkes, diperlukan suatu integrasi imunisasi campak tambahan pada balita seperti yang dilakukan saat ini.
“Masalah ini akan terus berulang jika cakupan imunisasi rutin tidak dilakukan merata secara berkelanjutan, kajian sama juga dilakukan pada kasus Polio maka kampanye kedua imunisasi ini harus dilakukan bersamaan,” katanya.
Pelaksanan kampanye campak dan polio dilakukan bertahap sejak 2009 di tiga provinsi, yakni Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Maluku Utara, sementara tahun 2010 akan dilaksanakan di 11 provinsi meliputi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan Banten.
Sedangkan pada tahap ketiga (2011) akan dilaksanakan di seluruh provinsi di Kalimantan dan Sulawesi, Papua, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dalam kesempatan video conference tersebut, Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih juga minta pemerintah daerah di 11 provinsi tersebut untuk dapat menggerakkan jajarannya, dinas kesehatan setempat, kader dan seluruh komponen masyarakat untuk memberikan pelayanan imunisasi campak dan polio minimal 95%. Sementara untuk balita yang termarginalkan di daerah terpencil diminta agar diberikan perhatian khusus.
source : www.bipnewsroom.info.
0 Comment "Menkes Canangkan Kampanye Imunisasi Campak Dan Polio Tambahan"
Posting Komentar