Cara Mewaspadai Tuberkulosis pada Anak

ANAK Anda batuk-batuk lebih dari 3 minggu, sakit atau demam lama yang berulang lebih dari 2 minggu, disertai mencret yang tak sembuh-sembuh? Segeralah ke dokter terdekat. Waspadailah tuberkulosis anak.

Tuberkulosis pada anak (TB anak) sering dianggap masyarakat awam sebagai flek paru. TB anak disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, memiliki dinding lemak yang tebal, tumbuh lambat, tahan terhadap asam dan alkohol, sehingga sering dinamakan basil tahan asam (BTA).

Menurut WHO, setiap tahun terdapat sekitar 1,3 juta kasus baru TB anak, dan 450.000 anak berusia kurang dari 15 tahun meninggal dunia karena TB. Pada tahun 2005, kasus TB anak mencapai 11,9 juta kasus. Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam jumlah kasus baru TB (0,4 juta), setelah India (2,1 juta), dan Cina (1,1 juta). Ironisnya, 10% dari seluruh kasus TB terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun.

Meningkatnya tren kasus TB, termasuk TB anak, di berbagai tempat disebabkan oleh ketidaktepatan diagnosis, terapi tidak adekuat, program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat, infeksi endemis HIV, migrasi penduduk,  mengobati sendiri, meningkatnya angka kemiskinan, dan  pelayanan kesehatan yang kurang memadai (Kartasasmita CB, Basir D, 2008).

Potret Klinis TB anak ditandai dengan demam lama, lebih dari 2 minggu, berulang, umumnya tidak tinggi (nglemeng, Jawa), dapat disertai berkeringat malam hari. Batuk tidak sembuh-sembuh, lebih dari 3 minggu.

Anak terus-menerus diare (mencret) dan tidak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke dokter. Berat badan menurun, atau tidak naik dalam satu bulan meskipun asupan gizinya cukup. Selera makan menurun, bahkan menghilang. Anak tampak lesu.

Anak penderita TB dipastikan memiliki riwayat kontak dengan orang dewasa penderita TB-BTA positif. Boleh jadi, tanpa disadari orangtua, si Anak pernah berakrab-ria atau berdekatan dengan kakek, tetangga, kakak, pembantu, atau supir.

Orangtua juga perlu waspada anaknya menderita TB bila: timbul reaksi kemerahan yang cepat dalam 3-7 hari setelah imunisasi BCG. Skrofuloderma (TB kelenjar), yaitu bila pada anak terdapat luka (ulcer) di leher, wajah, di organ tubuh yang memiliki kelenjar getah bening.

Konjungtivitis fliktenularis, yaitu kelainan pada mata dengan gejala mata iritasi, berair, merasa silau, diiringi rasa sakit; sering dijumpai pada anak dengan gizi kurang dan sering menderita radang saluran napas. Bila anak sudah kejang, kesadaran menurun, ada benjolan di punggung, kaku kuduk, bergegaslah ke rumah sakit terdekat, sebelum terlambat.
Kalender TB Menurut riset Wallgreen, kalender TB menggambarkan perjalanan alamiah TB anak di berbagai organ, yaitu: dalam 2-12 minggu infeksi berlangsung, dalam 3-24 bulan kompleks primer sebagian besar sembuh sendiri, dalam 3-6 bulan terjadi paru-paru basah, dalam waktu 12 bulan berikutnya terjadi: erosi bronkus,

meningitis, dan TB milier. Dalam 3 tahun akan menjadi TB tulang, dan dalam 5-25 tahun setelah infeksi primer dapat terjadi TB ginjal. Inilah alasan mengapa orangtua perlu memahami dahsyatnya TB anak dari kalender TB.
Penegakan Diagnosis Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan dahak, bilas lambung, cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid), cairan pleura, atau biopsi jaringan. Sulitnya menegakkan diagnosis TB anak dikarenakan sedikitnya jumlah kuman dan sulitnya pengambilan dahak.

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis TB anak adalah: uji tuberkulin, uji interferon, misalnya: PCR (polymerase chain reaction), ELISA (enzyme-linked immunoabsorbent assay),

IGRA (interferon gamma release assay), pemeriksaan radiologis (misalnya: foto rontgen dada, CT scan), uji serologis [misalnya: PAP TB, Mycodot, ICT (immunochromatographic test)]. Pemeriksaan mikrobiologis, misalnya: pemeriksaan mikroskopis apusan langsung untuk menemukan BTA (basil tahan asam), pemeriksaan biakan kuman Mycobacterium tuberculosis.

Contoh pemeriksaan biakan yang hasilnya cepat diperoleh (1-3 minggu) adalah pemeriksaan Bactec, sayangnya pemeriksaan ini mahal dan rumit. Uji lainnya adalah pemeriksaan histopatologis, yaitu pemeriksaan jaringan. Berkonsultasilah dengan dokter sebelum memilih pemeriksaan yang tepat.
Penatalaksanaan Pada prinsipnya, terapi TB anak memakai rumus 2RHZ (75/50/150 mg) dan 4RH (75/50 mg). Penjelasannya, pengobatan TB anak dibagi menjadi dua fase. Fase intensif (dua bulan pertama), dokter akan memberi rifampisin (75 mg), isoniazid (50 mg), dan pirazinamid (150 mg). Fase lanjutan (empat bulan atau lebih), dokter akan memberi rifampisin (75 mg) dan isoniazid (50 mg).

Kombinasi obat yang diberikan setiap hari ini bertujuan untuk mencegah resistensi (kebal) obat, serta untuk membunuh kuman intra-ekstraseluler. Bila cairan tubuh (airmata, ludah, keringat, dahak, kencing) berubah menjadi oranye-kemerahan, orang tua tidak perlu khawatir, sebab ini adalah efek samping dari rifampisin.

Bila terjadi kebal-obat, maka dokter akan memberi obat lini-kedua, misalnya: Para-aminosalicylic acid (PAS), cycloserin terizidone, ethionamide atau prothionamide, golongan fluorokuinolon (misalnya: ofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin), dan golongan aminoglikosida (seperti: kanamycin, amikacin, capreomycin).
Pencegahan TB anak dapat dicegah melalui: imunisasi BCG, pencegahan (kemoprofilaksis) primer-sekunder.

Imunisasi BCG diberikan sebelum anak berusia 2 bulan. Dosis untuk bayi 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml. Bila diberikan pada anak berusia lebih dari 3 bulan, dokter akan menyarankan uji tuberkulin. Khusus bayi prematur, imunisasi BCG ditunda sampai berat badan bayi optimal.

Pencegahan primer untuk mencegah infeksi TB. Dokter akan memberikan isoniazid selama 6 bulan, untuk anak yang uji tuberkulinnya negatif, yaitu sudah kontak dengan penderita TB BTA positif namun belum terinfeksi.

Pencegahan sekunder untuk mencegah berkembangnya infeksi menjadi sakit TB. Diberikan selama 6-12 bulan, untuk anak yang telah terinfeksi TB namun belum sakit, ditandai dengan uji tuberkulin positif sedangkan secara klinis-radiologis normal. Pencegahan sekunder hanya diberikan untuk anak yang berisiko tinggi, seperti: usia balita dan remaja, pernah terkena campak, cacar air, batuk rejan (batuk 100 hari), pernah minum obat-obat golongan sitostatik dan kortikosteroid dalam waktu lama.

Penanggulangan TB anak haruslah dilakukan melalui kemitraan yang melibatkan multisektor, meliputi pemerintah, swasta, lembaga masyarakat, dan tokoh agama. Dengan penatalaksanaan yang sesuai dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dari WHO dan didukung pemahaman kaum medis tentang ISTC (International Standards for Tuberculosis Care), tentunya permasalahan TB anak dapat teratasi dengan baik. (11)

Dokter Dito Anurogo, delegasi LPKNU pendukung SR TB Aisyiyah Jateng dalam GF ATM for Community TB Care Indonesia. 

source : suaramerdeka.com

0 Comment "Cara Mewaspadai Tuberkulosis pada Anak"

Posting Komentar

Thank you for your comments